Senin, 12 Mei 2008

Sebarkan Ilmu

Hari ini, seperti hari lain, hidupku 85% bergelut dengan mengejar dan mengajarkan ilmu. Sudah menjadi garis tangan bila nasibku tidak jauh dari seputar ilmu. Ilmu bagiku tak ubahnya firman Tuhan, di mana SabdaNya meresapi seluruh relung kemakhlukan, didengar tumbuhnya pepohonan dan bebungaan, dipatuhi macan dengan cakar dan taringnya, semut dengan tradisi saling menyapanya, bayi dengan kidung tangisnya, sampai para wali dengan pengetahuan rahasianya..
Ilmu - dalam arti yang luas - adalah cara makhluk menafsirkan keberadaan sekaligus ketiadaannya. Ilmu tak hanya merefleksikan eksistensi dan esensi yang serba ambigu, dinamis, dan kompleks, namun juga membuka hati dan pikiran untuk membentuk ulang (berkali-kali) eksistensi dan esensi yang seolah tak pernah usai untuk berhadapan dengan tatapan kodrat realitas yang serba multifaset. Melalui ilmu manusia memasuki alam kemakhlukan, sekaligus mendongak mengancam alam ilahiah. Melalui ilmu manusia bersinergi dengan Tuhan, menjadi co-creator, bahkan meniadakanNya. Promotheus telah dipersalahkan Dewa karena membuka kotak pandora dan menyebarkan ilmu dari kotak itu ke manusia. Rupa-rupanya Dewa ingin menjaga kedaulatannya untuk tidak mempercayai manusia mengemban ilmu. Sedemikian juga Adam diusir dari firdaus karena "ilmu"...
...
Tetapi apakah manusia "terlarang" - sebagaimana Promotheus - untuk menyebarkan ilmu..?
...
Justeru dari berbagai karunia kemakhlukan yang ada, manusia unggul karena ilmu. Bukan kepatuhan mutlak sebagaimana malaikat, bukan pula karena pembangkangan abadi sebagaimana setan. kodrat manusia adalah dikutuk untuk bebas memilih, demikian Sartre menyatirkan eksistensinya. Dikaitkan dengan anugerah religi, lebih tepatnya, bukan bebas dari, tetapi bebas untuk. Dalam rangka kebebasan memilih itu, tertanam ilmu di jantung kemanusiaan kita. Dan itu berarti sebuah realitas multitafsir masa depan: terserah ilmu akan membawa ke mana manusia. Sesungguhnya manusia hanyalah setitik debu di kakiNya, kata Fariuddin At-Tar. Ilmu yang kita punya, ibarat air yang tersisa di ranting yang kita angkat dari lautan ilmu Tuhan, kata Hadist. Sungguh kepongahan ilmu manusia tak akan berlaku bagi pecinta ilmu sejati, karena dari ilmu-lah ilmuwan tahu bahwa semakin banyak yang dia ketahui, semakin banyak pula yang dia tak ketahui. Mungkin orang bodoh (kurang ilmu) berbahagia dengan ketaktahuannya (karena itu silahkan bodoh bila ingin bahagia), tetapi kegelisahan ilmuwan sejati justeru merupakan roh kehidupan itu sendiri. Kebahagiaan tanpa berpengetahuan, dengan kebahagiaan yang berpengetahuan, jelas ada bedanya. karena itu, sebarkan ilmu yang bermanfaat, agar definisi manusia masa depan bisa meninggi meniru selendang Tuhan. maksud saya, melalui penyebaran ilmu yang bermanfaat, manusia punya daya tawar yang lebih tinggi terhadap mikro, makro, dan bahkan metakosmos.
...
Radikalnya, Manusia tidak lengkap sebagai manusia sebelum dia melampaui kemanusiaannya, dengan Ilmu..!

Tidak ada komentar: