Rabu, 07 Mei 2008

Hmm

Seluruh bangunan pengetahuan yang dimiliki manusia berawal dari gumam: hmm.. (sembari kernyitan dahi dan kegusaran nan menggairahkan). Apa yang sudah dilabeli dengan "kenyataan", tampaknya tak sesuai dengan "harapan". Das Sollen tak selalu seiring Das Sein. Dalam perkataan Aristoteles cs, "aphoria" (rasa takjub), yang secara bebas saya aksentuasikan sebagai kegamangan subjek menyaksikan realitas yang selalu terbuka untuk dipertanyakan. Lalu bermunculanlah ilmu dengan segala riwayat dan spesialisasinya. Eiiit.. sesungguhnya "filsafat" adalah nama tunggal untuk ilmu itu di masa dahulu kala di negeri para dewa, Yunani Kuno. Mater Scientarum-lah filsafat itu bagi ilmu. tetapi ke-mother-an filsafat tak usah dibanggakan para filsuf, toh ilmu secara jurisdiksi sudah boleh berlenggang sebagai malin kundang di era kita ini.
...
Seperti air terhadap ketinggian, itulah filsafat (dan juga ilmu) terhadap kebenaran. Merendah... Bukankah etimologi filsafat adalah "philein"+"sophos" (cinta+kebenaran) atau "philos"+"sophia" (teman+kearifan)? Ungkapan "Raja Ngeyel" memang pas untuk para ilmuwan dan apalagi filsuf, tetapi terhadap kebenaran, bukan terhadap ego/gengsi buta. Namun tak seperti air yang langsung membasahi apa yang disentuhnya, filsafat hanya berani merembesi mereka yang mengijinkannya, yakni insan-insan yang terbuka batok tempurung wawasannya, bukan mereka yang masih bertahan dengan kebahagiaan atas apa yang sudah diketahuinya. Ya.. filsafat adalah milik manusia yang gelisah.
...
Hmm...